SDMTimes.com – Pada tanggal 10 oktober 1915 di Padang panjang didirikan sebuah perguruan agama oleh Zainuddin Labai El Yunusy. Perguruan agama ini bernama Dinijah School. Memakai sistem edukasi atau campuran antara murid pria dan wanita dalam satu kelas.
Pada masa itu dianggap tercela jika ada anak laki-laki yang sudah dewasa berjalan bersama dengan anak putri. Karena itu sekolah campuran yang dikerjakan Zainuddin Labai ini merupakan langkah yang sangat berani, kalau dilihat dari pandangan masyarakat minangkabau pada saat itu.
Adapun salah seorang murid sekolah campuran ialah Rahmah El Yunusiyah, adiknya Zainuddin Labai sendiri, Pada tanggal 1 November 1923 ia mendirikan almadrasatuddiyyah bil banaat atau sekolah yang khusus putri.
Murid-murid Dinijah School selain menuntut ilmu, juga belajar berorganisasi di lingkungan sekolah. Karena murid-murid yang diterima di sekolah ini tidak hanya pemuda/pemudi dari daerah padang panjang saja bahkan dari luar sumatera utara.
Pada tahun 1921, sejumlah murid berkumpul di ruangan dinijah School. Membicarakan kemungkinan untuk mendirikan sebuah organisasi para pelajar Dinijah School. Pertemuan ini berhasil membentuk organisasi pelajar di lingkungan sekolah yang diberi nama Persatuan murid-murid Dinijah School (PMDS).
Anggota-anggota PMDS bukan hanya terbatas pada murid-murid Dinijah School, tetapi terbuka bagi murid-murid sekolah agama lainnya.
Dengan berdirinya Dinijah School Putri pada tahun 1923, maka terbentuklah masing-masing PMDS putra dan PMDS putri. Sampai pada tahunnya, PMDS menyebar ke jajaran perguruan-perguruan agama di Sumatera Barat.
Pada masanya, meletus pemberontakan komunis di lingkuang tahun 1926. Banyak anggota PMDS yang dituduh ikut terlibat berpolitik. Dengan alasan itu, banyak anggota PMDS dicurigai bahkan ada yang ditangkap dan dibuang. Diantara mereka yang dibuang itu adalah ayun Sabiran yang dikirim ke Digul. Sedangkan sejumlah toko yang lain karena takut dituduh dengan kasus yang sama, menyingkir ke luar negeri.
Setelah masa tegang berakhir, sejak tahun 1927, kedua PMDS dipimpin oleh Muhamad yunus Kocek, leon salim dan timur latif. Mereka kemudian aktif dalam barisan kaum pergerakan di sumatera barat.
Dengan demikian, terbukti bahwa organisasi pelajarpun ikut mempelopori persatuan, meskipun pertama kali melalui peningkatan pelajaran agama. Dari berbagai kegiatan sehari-hari timbul semangat persatuan dan kesatuan untuk memasuki arena perang/pergerakan yang lebih luas, baik secara moral dan ilmu pengetahuan maupun tetesan darah untuk menyemaikan benih-benih persatuan nasional. (Muslim)